Friday, April 30, 2021

Cara Menembus Penerbit Mayor

Siang ini, pertemuan ke-12, materi pelatihan makin membahana apalagi narasumbernya sangat mumpuni di bidang penerbit mayor. 

Pelatihan dibuka oleh Bu Kanjeng dan dimoderatori oleh Ibu Rita Wati. Bu moderator langsung memperkenalkan narasumber yang bernama Joko Irawan Mumpuni. Beliau adalah direktur penerbit ANDI, ketua I, IKAPI DIY, penulis buku, bersertifikat BNSP, dan assesor BNSP.

Saat menyampaikan materi, Pak Joko menyampaikan melalui voice note. Beliau menyampaikan materi yang disajikan kali ini sangat menarik karena membahas tentang menulis buku yang diterima penerbit, yakni penerbit mayor.  Ketika kita sudah menghasilkan tulisan namun tidak diterima penerbit khususnya penerbit mayor itu akan setengah sia-sia. Jika tulisan kita diterima penerbit mayor, itu menjadi sebuah keberhasilan yang luar biasa.

Kategori buku di pasaran sangat luas, berikut ini beberapa bagan tampilan produk buku di pasaran dunia. 

Produk  buku di pasar, yang lazim di dunia menyerupai sirip ikan. Bagan itu terdiri atas bagian atas dan bagian bawah, yakni buku teks dan buku non teks.

·         Bagan buku teks pelajaran.

 

·         Bagan buku teks perguruan tinggi

 

·         Bagan buku teks nonteks

 

Selanjutnya, Pak Joko menyampaikan bahwa kita semua itu mampu menulis. Tidak ada guru yang tidak mampu menulis, semua guru mampu menulis hanya saja yang membedakan faktor semangat dan kemauan. Beliau menampilkan pemaparannya melalui gambar berikut: 

 

Kemudian beliau menyampaikan bahwa, bagan selanjutnya ini sangat penting.

 

Bagan tersebut disederhanakan dengan bagan berikut: 


Penerbit itu adalah lembaga atau perusahaan yang mencari keuntungan, untuk bertahan hidup, untuk menggaji pegawai, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita harus mampu menghasilkan tulisan yang mampu tembus ke penerbit mayor, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan bahwa tulisan kita harus berupa tulisan dengan tema yang menarik serta mempunya pangsa pasar yang menjanjikan.

Selanjutnya Pak Joko menyampaikan ada beberapa faktor penghambat pertumbuhan industri penerbitan/literasi:

1.        Minat baca

Budaya baca

Kurangnya bahan bacaan

Kualitas bacaan

Masyarakat Indonesia lebih senang menonton dibandingkan membaca.

2.       Minat tulis

Budaya tulis

Tidak tahu prosedur menulis dan penerbitan

Anggapan yang salah tetang dunia penulisan dan penerbitan

3.       Apresiasi hak cipta

Pembajakan

Duplikasi nonlegal

Perangkat hukum.

 

Berikut ini proses naskah menjadi sebuah buku:

1.        Penulis mengirim naskah ke penerbit

2.       Penerbit menilai naskah

3.       Penerbit menerima naskah

4.       Penerbit memberi surat pemberitahuan permintaan softcopy

5.       Penerbit mengedit naskah (setting dan desain cover) lalu proof penulis

6.      Penerbit melakukan koreksi manual

7.       Penerbit mencetak buku

8.      Penerbit mendistribusikan buku

 

Kemudian Pak Joko menyampaikan tentang hal yang harus kita perhatikan dalam memilih penerbit, yakni:

·         Memiliki visi misi yang jelas

·         Memiliki bussines core lini produk tertentu

·         Pengalaman penerbit

·         Jaringan pemasaran (pilihlah penerbit yang memiliki jaringan pemasaran nasional)

·         Memiliki percetakan sendiri

·         Keberanian mencetak jumlah eksemplar

·         Kejujuran dalamp pembayaran royalty

Ada pula ciri-ciri penerbit yang harus diwaspadai:

·         Hanya bertindak sebagai broker naskah

·         Alamat tidak jelas

·         Tidak ada dokumen perjanjian penerbitan yang baik

·         Tidak memiliki perjanjian pemasaran dan distribusi sendiri

·         Tidak memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri

·         Tidak memiliki percetakan sendiri

·         Persentase royalty tidak wajar

·         Laporan keuangan tidak jelas

 

Apa yang diperoleh penulis setelah naskah diterima di penerbit mayor?

1.        Kepuasan

2.       Reputasi

3.       Karir

4.       Uang

Sistem penilaan di penerbitan disampaikan dalam bagan berikut:

 

Ada empat kuadran dalam proses penerbitan:

1.        Tema tak populer, penulis populer

2.       Tema pupuler, penulis populer

3.       Tema tak populer penulis tak populer

4.       Tema populer, penulis tak populer

Untuk mencari tema populer yang akan dijadikan bahan tulisan bisa kita cari di google trends.

Kategori penulis:

1.        Penulis berpikir idealis

2.       Penulis berpikir industrialis

3.       Penulis berpikir idealis-industrialis.

      Dari ketiga kategori penulis di atas, penerbit lebih menyukai penulis yang berpikir idealis industrialis.  Penulis yang tetap memperhatikan kebutuhan pasar namun tetap berani mengambil sikap yang berbeda dengan kebanyakan penulis lain. Keseimbangan antara kesempurnaan karya dan produktivitas.

Pak Joko mengakhiri materi dengan meyampakan beberapa kalimat motivasi dari beberapa tokoh, salah satunya dari Pramudya Ananta Tour, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah ( Rumah Kaca, h. 352).” Oleh karena itu, mari menulis agar kita menjadi bagian dari kemajuan masyarakat dunia.

 

Salam Literasi. Generasi Inspirasi!

 

Resume : ke-11

Nama: Wiwin Winarni, S.S.

Tanggal Petemuan: 28 April 2021

Tema: Penerbit Mayor

Narasumber: Edi S. Mulyanta S.Si, M.T.

Gelombang: 18

 

 

 

Thursday, April 29, 2021

Yuk, Kenali Penerbit Mayor!

Siang ini cukup terik, udara panasnya membuatku dihinggapi bulir keringat yang mulai membasahi. Namun hal itu tak menyurtkan semangat untuk menyimak materi yang sangat menarik, yakni tentang “Penerbit Mayor.”

Pertemuan siang ini dipandu oleh Mr.Bams, yang senantiasa setia menandu acara dari awal sampai akhir. Mr.Bams memperkenalkan narasumber yang bernama Edi S. Mulyanta S.Si, M.T., beliau lahir di Jogjakarta, pada 24 Mei 1969. Saat ini beliau menjabat sebagai Publishing Consultant & E-Book Development Andi Publisher.

Sebelum menyampaikan materi, beliau berbagi pengalaman tentang dunia penerbitan dan penulisan. Awalnya beliau adalah seorang penulis lepas, yang menggantungkan hidupnya dari menulis. Kemudian beliau begabung dengan penerbit Andi. Sampai saat ini, sudah hampir 20 tahun beliau menangani penerbitan di penerbit Andi. Pak Edi menyampaikan bahwa sebelumnya kegiatan penerbitan tidak berjalan normal, namun terkait pandemi sejak Maret 2020 kegiatan penebitan bejalan normal kembali seperti biasa.

Dunia penerbitan baik penerbit mayor maupun penerbit minor adalah dunia bisnis semata, terbesit idealisme di dalamnya, yang tentunya setiap penerbit mempunyai visi dan misi yang berbeda-beda.

Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah toko buku yang paling utama di samping tentunya pasar di luar toko buku yang tidak dapat kita ke sampingkan juga. Toko buku inilah yang menjadi soko guru dari bisnis ini sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas dalam dunia penerbitan.

Dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, sudah dijelaskan secara gamblang tentang sistem perbukuan di Indonesia. Sistem Perbukuan adalah tata kelola perbukuan yang dapat  dipertanggungjawabkan  dan terpadu, yang mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku.

Beliau memaparkan bahwa saat ini terdapat kendala dalam tahap pendistribusian materi yang telah diproses untuk dapat meningkatkan literasi baca di Indonesia. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Dalam tahap penerbitan, ada beberapa hal yang harus kita ketahui:

1.        Tugas penerbit adalah mendapatkan -naskah- yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.

2.       Penerbit akan mengolah naskah buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan zaman.

3.       Penerbit mengajukan nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertentu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya. Skala produksi ini hanya menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak, akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number.

Berikut manfaat ISBN menurut Perpustakaan Nasional yang mempunyai hak untuk mengeluarkan nomor tersebut:

                           

Karena hal itulah kemudian muncul istilah penerbit mayor dan penerbit minor, hanya karena masalah skala produksi saja. Visi dan misi penerbitan semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis dan ada sisi idealisme di dalamnya. 

4. Penerbit akan mendistribusikan buku ke masyarakat degan berbagai metode. Penerbit akan membuka saluran-saluran promosi baru untuk mengobarkan semangat literasi di perbukuan. Kita juga dapat melihat percontohan  buku digital dan proses pemasarannya di http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id

Berikut ini struktur ISBN sebagai penanda Perpusnas dalam mendistribusikan nomor buku secara individual:

Materi yang menarik ini, sangat penting untuk kita ketahui. Perkembangan zaman yang kian pesat di dunia kepenulisan dan pernerbitan, membuat kita harus semakin semangat untuk mampu menembuskan naskah kita ke penerbit mayor. Tetap menulis dan terus menginspirasi, agar menjadi generasi literat yang mumpuni.

 

Salam Literasi. Generasi Inspirasi!

 

Resume : ke-11

Nama: Wiwin Winarni, S.S.

Tanggal Petemuan: 28 April 2021

Tema: Penerbit Mayor

Narasumber: Edi S. Mulyanta S.Si, M.T.

Gelombang: 18

 


Monday, April 26, 2021

Teknik Jitu Memasarkan Buku

 


Pelatihan menulis besama Om Jay di gelombang 18, memasuki pertemuan yang ke-10. Pertemuan kali ini mengangkat tema “Teknik Memasarkan Buku.”

Seperti biasa, pertemuan yang dimulai pukul 13.00 WIB ini, dibuka oleh seorang moderator bernama Sucipto Ardi. Beliau membuka kegiatan dan memperkenalkan narasumber yang tak diragukan lagi kompetensinya di bidang literasi. Wijaya Kusumah, M. Pd., yang lebih akrab disapa Om Jay, menjadi narasumber hari ini.

Tema pelatihan yang membuat saya berpikir keras, karena awalnya saya hanya memikirkan bagaimana harus menulis dan terus menulis. Ternyata setelah proses penulisan, kita pun harus berpikir keras bagaimana agar karya kita dibeli dan dibaca orang banyak.  Sebelumnya hal itu tak begitu saya pikirkan, tetapi setelah menyimak pemaparan materi dari Om Jay, kita memang harus memiliki teknik jitu dalam memasarkan buku karya kita sendiri.

Om Jay menyampaikan bahwa untuk bisa memasarkan buku yang bermutu, maka kita harus belajar bagaimana menulis dan menerbitkan buku. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Kita akan menemukan buku itu bagus setelah membaca isinya. Biasanya diiringi dengan iklan atau promosi agar buku yang diterbitkan layak untuk  dimiliki.

Om Jay yang sudah memiliki segudang buku karya sendiri, selalu meminta editor profesional untuk buku yang akan diterbitkannya. Buku-buku karyanya selalu laku di pasaran, karena telah melalui proses editing dari editor profesional. Berbeda jika buku yang diterbitkan melalui penerbit mayor, kita tidak usah repot mencari editor, karena di penerbit mayor sudah tersedia editor profesional yang akan mengedit karya kita. Walaupun membutuhkan waktu yang lama, karena tahap seleksi yang ketat.

Om Jay memaparkan ada banyak cara untuk dapat memasarkan buku, di antaranya:

·         Menggunakan media digital dan  media sosial.

Om Jay selalu memasarkan buku-bukunya melalui youtube dan instagram. Berikut ini beberapa buku terbaru karya Om Jay:

 

                                                                                                               

  

 

Dalam mempromosikan bukunya di instagram, Om Jay belajar dari anak pertamanya yang bernama Intan.

Selain melalui youtube dan intagram, Om Jay memasarkan buku melalui blog sehingga dibeli oleh orang banyak dari selurh Indonesia bahkan dari Malaysia, singapura, dan Brunei Darussalam.

·         Kolaborasi

Kita harus bekerjasama dengan orang lain agar buku yang diterbitkan laku di pasaran. Untuk penerbit besar, biasanya mereka memiliki tenaga pemasaran yang banyak, sehingga serangan darat, laut, dan udara dapat dengan mudah mereka kuasai. Walaupun saat ini jumlah pemasaran bukunya agak berkurang akibat pandemi covid-19.

Sebagai penulis pemula, kita harus mampu berkolaborasi agar buku kita bisa dipasarkan di belantara dunia maya nonstop selama 24 jam.

Di bagian teakhir pemaparannya, Om Jay menyampaikan bahwa kita harus memiliki semangat pantang menyerah, jangan putus asa jika mengalami kegagalan dalam memasarkan buku. Om Jay yang sudah memiliki buku segudang pun masih belajar dari almarhum Hernowo Hasim, beliau sangat produktif, bukunya ratusan tetapi yang best seller hanya sedikit, salah satunya Andai Buku Sepotong Pizza.   

Pada sesi tanya jawab, para peserta mengajukan pertanyaan terkait cara memasarkan buku. Dan ternyata di pasaran yang lebih laku dijual itu adalah buku bahan ajar.

Di bagian penutup, Om Jay berpesan agar kita tak pelit membeli buku, karena buku adalah investasi yang paling berharga dari seorang penulis.

Semoga kita selalu produktif dalam berkarya, menulis dan terbitkanlah karya hingga setiap orang mengenal karya-karya kita.  

 

Salam Literasi. Generasi Inspirasi!

 

Resume : ke-10

Nama: Wiwin Winarni, S.S.

Tanggal Petemuan: 26 April 2021

Tema: Teknik Memasarkan Buku

Narasumber: Wijaya Kusumah, M.Pd.

Gelombang: 18

 

 

 

 

Friday, April 23, 2021

 Mental dan Naluri Penulis besama Ditta Widya Utami

                                            

Jumat selalu penuh keberkahan. Dari pagi sampai siang, saya melakukan berbagai aktivitas dan siang ini saya mengikuti kegiatan rutin, yakni pelatihan belajar menulis gelombang 18 bersama Om Jay.

Pelatihan hari ini mengangkat tema “Mental dan Naluri Penulis” oleh seorang narasumber muda penuh talenta Ditta Widya Utami, S.Pd. Pada awal kegiatan, pelatihan dipandu oleh seorang moderator yang selalu menebar semangat, Bu Aam Nurhasanah.

Bu Ditta mengalawi pelatihan dengan memberikan salam dan menyapa semua peserta. Selanjutnya, ia membagikan sebuah diagram tentang teknik dan mental menulis.



Mental Penulis

Antara teknik menulis dan mental seorang penulis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan.  Ibarat jiwa dan raga. Teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup".

Bu Ditta membagikan sebuah mind map tentang mental seorang penulis pada link berikut https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1. Mental yang harus dimiliki seorang penulis terdiri atas:

1.        Siap konsisten

2.       Siap dikritik

3.       Siap belajar

4.       Siap ditolak

5.       Siap menjadi “unik”

    Dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, ada 4 tipe penulis, yaitu :

1.        Dying writer (penulis yang sekarat). Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis.

2.       Dead man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop, terbungkus lembaran diari, atau notes yang ada di HP, belum ter-publish. Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.

3.       Sick people. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh.

4.       Alive yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka. Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. 

    Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb).

 

Sebelum memulai pelatihan ini, Bu Ditta membagikan sebuah link kuesioner yang berkaitan dengan mental penulis. Dari 30 responden, ia menyimpulkan bahwa ada 2 macam ketakutan bagi seorang penulis, yaitu :

1. Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis)

 

2. Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh, diejek, tidak dibaca, dsb.

Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain.

           Bu Ditta membagikan tips megelola mental penulis: 


 Naluri Penulis

Menurut KBBI na·lu·ri n 1 dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting.

Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan, mengubah orang-orang melalui goresan tintanya.

Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.

Kita harus mengenali diri kita dan lingkungan, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.

 

Salam Literasi. Generasi Inspirasi!

 

Resume : ke-9

Nama: Wiwin Winarni, S.S.

Tanggal Petemuan: 23 April 2021

Tema: Mental dan Naluri

Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd.

Gelombang: 18

 

  Koneksi Antarmateri Modul 1.4 Budaya Positif Budaya positif merupakan sebuah kebiasaan yang dilaksanakan dengan nila-nilai keyakinan. Ke...