Tuesday, March 31, 2020

pentigraf pertama


Entah Apa yang Merasuki Pikiranku

Karya Wiwin Winarni



Bagi sebagian orang hari pertama sekolah menjadi momen yang menyenangkan, tapi tidak bagiku. Terbersit di pikaranku untuk segera pulang karena bisa jadi hari pertama sekolah, belajar belum efektif. Pikiran sesat itu, terus menyelinap di kepalaku. Memang sebenarnya belum ada pengumuman pulang, tapi bisikan-bisikan untuk segera meninggalkan kelas ini selalu ada, entah mengapa? Akhirnya aku putuskan untuk pulang secara diam-diam melewati benteng di belakang sekolah. Saat di belakang gedung sekolah, dengan mudah aku meloncati tembok bak seorang atlet lompat indah.  Aku tertawa sendiri membayangkan Seandainya aku jadi seorang atlet.

Di perjalanan, aku melihat sosok yang biasa kutemui di pagi hari saat memasuki gerbang sekolah. Ya, dia adalah satpam sekolah yang selalu sigap saat ada siswa yang sakit. Selain itu, dia juga selalu mengamankan anak-anak yang selalu mencari perhatian, kadang aku sering lomba lari dengannya. Dia tampak duduk di persimpangan jalan yang biasa ku lewati. Segera aku mencari akal, menemukan jalan lain. Tapi saat itu sawah sedang di garap para petani, sehingga sulit menemukan jalan pintas lain. Akhirnya, kuputuskan untuk bersembunyi sementara waktu. Saat bersembunyi, ternyata aku duduk di antara sekawanan semut yang tak sengaja kuinjak. Dan tentu saja, semut-semut itu mengerumuni tubuhku yang masih tampak segar. Aku berteriak, teriakanku membuat pak satpam datang menghampiriku. Dia terus menanyaiku dengan rentetan pertanyaan. Aku pun digiringnya menuju sekolah melewati pintu depan. Betapa malunya saat ku lihat wajahku penuh dengan bentolan karena  gigitan semut. Sepanjang jalan, orang-orang melihatku dengan tatapan heran. Saat  tiba di sekolah, aku diceramahi dan disuruh kembali ke kelas. Tapi karena terlanjur malu, aku tak sampai ke kelas. Aku berjalan menuju warung yang biasa aku datangi untuk mengisi perut. Di warung sekolah pun tak luput pertanyaan, ibu penjaga warung menjejaliku dengan banyak petanyaan. Tapi aku tak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan itu. Pikiran jahat itu kembali memenuhi kepalaku. Aku terlanjur malu sama teman-temanku, kalau aku kembali pasti aku jadi bahan olok-olok mereka.

Akhirnya, aku kembali meloncati pagar itu. Secepat kilat aku berlari menyusuri pematang sawah yang sedang ditanami oleh para petani. Hujan yang turun tadi malam, membuat pematang sawang itu sangat licin. Aku terpeleset, hingga sekujur tubuhku penuh dengan lumpur. Bajuku yang putih, kini tak tampak putihnya lagi. Malang sekali nasibku, semua memang kesalahanku. Entah apa yang merasuki pikiranku!








  Koneksi Antarmateri Modul 1.4 Budaya Positif Budaya positif merupakan sebuah kebiasaan yang dilaksanakan dengan nila-nilai keyakinan. Ke...