Friday, April 23, 2021

 Mental dan Naluri Penulis besama Ditta Widya Utami

                                            

Jumat selalu penuh keberkahan. Dari pagi sampai siang, saya melakukan berbagai aktivitas dan siang ini saya mengikuti kegiatan rutin, yakni pelatihan belajar menulis gelombang 18 bersama Om Jay.

Pelatihan hari ini mengangkat tema “Mental dan Naluri Penulis” oleh seorang narasumber muda penuh talenta Ditta Widya Utami, S.Pd. Pada awal kegiatan, pelatihan dipandu oleh seorang moderator yang selalu menebar semangat, Bu Aam Nurhasanah.

Bu Ditta mengalawi pelatihan dengan memberikan salam dan menyapa semua peserta. Selanjutnya, ia membagikan sebuah diagram tentang teknik dan mental menulis.



Mental Penulis

Antara teknik menulis dan mental seorang penulis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan.  Ibarat jiwa dan raga. Teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup".

Bu Ditta membagikan sebuah mind map tentang mental seorang penulis pada link berikut https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1. Mental yang harus dimiliki seorang penulis terdiri atas:

1.        Siap konsisten

2.       Siap dikritik

3.       Siap belajar

4.       Siap ditolak

5.       Siap menjadi “unik”

    Dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, ada 4 tipe penulis, yaitu :

1.        Dying writer (penulis yang sekarat). Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis.

2.       Dead man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop, terbungkus lembaran diari, atau notes yang ada di HP, belum ter-publish. Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.

3.       Sick people. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh.

4.       Alive yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka. Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. 

    Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb).

 

Sebelum memulai pelatihan ini, Bu Ditta membagikan sebuah link kuesioner yang berkaitan dengan mental penulis. Dari 30 responden, ia menyimpulkan bahwa ada 2 macam ketakutan bagi seorang penulis, yaitu :

1. Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis)

 

2. Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh, diejek, tidak dibaca, dsb.

Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain.

           Bu Ditta membagikan tips megelola mental penulis: 


 Naluri Penulis

Menurut KBBI na·lu·ri n 1 dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting.

Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan, mengubah orang-orang melalui goresan tintanya.

Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.

Kita harus mengenali diri kita dan lingkungan, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita.

 

Salam Literasi. Generasi Inspirasi!

 

Resume : ke-9

Nama: Wiwin Winarni, S.S.

Tanggal Petemuan: 23 April 2021

Tema: Mental dan Naluri

Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd.

Gelombang: 18

 

8 comments:

  1. Mantap ibu...semangat menulis...👍💪

    ReplyDelete
  2. Satu kata buat resume bu wiwin...kereeen

    ReplyDelete
  3. Wah meski padat aktivitas namun masih sempat menyimak dan membuat resumenya. Mantul. Terima kasih, Bu 😊🙏🏻

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih bu Ditta...materinya luar biasa
      Bu Ditta selalu menebar inspirasi

      Delete

  Koneksi Antarmateri Modul 1.4 Budaya Positif Budaya positif merupakan sebuah kebiasaan yang dilaksanakan dengan nila-nilai keyakinan. Ke...